I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
mengemukakan bahwa Alquran merupakan
kalam Allah swt. yang berisi
petunjuk bagi manusia.[1] Ajaran-ajarannya
disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berisi
informasi, perintah dan larangan, ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk
diskriftif kisah-kisah yang mengandung pelajaran atau petunjuk yang dikenal dengan kisah-kisah
dalam Alquran. Tuntunan dalam Alquran adakalanya disampaikan melalui
kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap
kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk
berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
Sudah menjadi ketentuan, bahwa
manusia merupakan makhluk ciptaan Allah swt. mempunyai banyak keunikan, salah
satu keunikannya adalah suka mendengar dan mempelajari cerita. Hal tersebut
disebabkan karena kisah dapat menarik perhatian apabila di dalamnya terselip
pesan-pesan dan pelajaran yang dapat menanamkan kesan rasa ingin tahu tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Nasehat atau pelajaran yang disampaikan
tanpa variasi, walau dengan tutur kata yang indah, belum tentu dapat menarik
perhatian akal, bahkan isinya pun belum tentu dapat dipahami. Akan tetapi bila
nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam
realita kehidupan, maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Sehingga akan
merasa senang mendengarkan, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa
ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh akan nasehat dan pelajaran
yang terkandung di dalammya.
Dikemukakan
oleh Manna Khalil al-Kattan,[2]
bahwa kesasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara
seni-seni bahasa dan kesasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi
ini dalam Uṣlub Arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk
yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah Alquran. Dalam Alquran kisah merupakan
petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang
senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Qaṣaṣ al-Qur’ān
Kata qaṣaṣ
berasal dari Bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata qiṣaṣ yang berarti tatabbu’ al-aṡar
(napak tilas/ mengulang kembali masa lalu).
qiṣaṣ menurut Muhammad Ismail Ibrahim yang berarti “hikayat”
(dalam bentuk) prosa yang panjang”.[3]
sedangkan menurut Manna Khalil al-Qattan “qaṣaṣtu aṡarahu” yang berarti
“kisah ialah menelusuri jejak”.[4]
Kata al-qaṣaṣ adalah bentuk masdar, seperti dalam firman Allah Q.S. Al-Kahfi (18): 64 disebutkan:
# ÇÏÍÈ$TÁ|Ás%
$yJÏdÍ$rO#uä n?tã
#£s?ö$$sù
Artinya :
“Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula”.[5]
Maksudnya kedua
orang itu kembali mengikuti jejak darimana keduanya itu datang. Dan firmanNya
melalui lisan ibu Musa, QS. Al-Qaṣaṣ
(28): 11 sebagai berikut:
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ Ïm‹Å_Áè% (
Artinya :
Maksudnya
ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Secara
etimologi (bahasa), al-qaṣaṣ
mempunyai arti urusan (al-amr), berita (al-khabar), perbuatan (al-sya’an),
dan keadaan (al-hal).[7]
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata al-qaṣsaṣ diterjemahkan dengan kisah
yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).[8]
Menurut al-Raghib al-Iṣfahani, qaṣaṣ adalah akar kata (maṣdar) dari “qaṣṣa-yaquṣṣu”,
secara lugawi konotasinya tak jauh
berbeda dari yang disebutkan di atas, yang dipahami sebagai “cerita yang
ditelusuri”[9]
seperti dalam Firman Allah swt. Q.S. Yusuf
(12), 111:
ôs)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 ÇÊÊÊÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunya
akal”.[10]
Berdasarkan pada beberapa arti di
atas, dapat diambil pengertian bahwa qiṣaṣ sama dengan kisah yang
mempunyai arti segala peristiwa, kejadian atau berita yang telah terjadi dari
suatu cerita untuk menelusuri jejaknya.
Adapun yang
dimaksud dengan Qaṣaṣ al- Qur’ān adalah
إخبار عن
الأحوال الماضية والأنبياء القدماء والأحداث الواقعة فى الماضى.
“Pemberitaan
mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah
terjadi”.[11]
Menurut perspektif Alquran, Allah
swt. mengungkapkan diriNya melalui peristiwa-peristwa, namun wahyuNya
menggunakan tema-tema yang sudah terkenal dan dinyatakan kembali sampai
orang-orang beriman meresapinya.[12]
Alquran banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia
menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat dikatakan, bahwa pada kisah-kisah yang dimuat
dalam Alquran semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi,
khayal, apalagi dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagian orientalis bahwa
Alquran ada yang tidak cocok dengan fakta sejarah.[13]
B. Macam-macam
Qaṣaṣ al-Qur’ān
Kisah-kisah
yang terdapat dalam Alquran dapat dibagi menjadi tiga macam,[14]
yaitu:
1. Dilihat
dari sisi pelaku
Dari sudut
pandang pelaku, kiah-kisah dalam Alquran dapat lagi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a)
Kisah para nabi
Pada bagian
ini, kisah dalam Alquran berisikan tentang ajakan para nabi kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat
yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat yang menimpa orang beriman
(mempercayai) dan golongan yang mendustakan para nabi. Misalnya kisah Nabi Nuh,
a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa, a.s., Nabi Harun, a.s, Nabi Isa, a.s., Nabi
Muhammad saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b)
Kisah yang
berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya.
Misalnya kisah
orang yang keluar dari kampung halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena
takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putera Adam, Aṣhabul Kahfi, Dzul
Qarnain, Qarun, Ashabus Sabti (orang–orang yang menangkap ikan pada hari
sabtu), misalnya Maryam, Aṣhabul ukhdud, Aṣhabul Fil dan lain-lain.
c)
Kisah yang
terjadi pada masa Rasulullah saw.
Seperti perang
Badar dan Uhud dalam Surah Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam
Surah al-Taubah, perang al-Akhzab,
Hijrah, Isra’ dan lain-lain.
Kisah-kisah
mengenai para nabi dalam Alquran bervariasi sesuai dengan kasus, tetapi mereka
semua adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan Allah swt. kepada
para hambaNya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalam narasi yang
dipercepat dengan insiden. Contoh Nabi Ibrahim, a.s. diselamatkan dari api yang
dilempar kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung, Q.S. Al-Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa, a.s.
diselamatkan ketika Allah swt, secara mukjizat menghalanginya dari orang-orang
Yahudi dari menyalibnya Q.S. an-Nisa
(4): 157.[15]
2. Dilihat dari panjang
pendeknya
Dalam hal ini, kisah-kisah dalam Alquran dapat
dibedakan menjadi tiga bagian,[16]
yakni :
a. Kisah
yang panjang, contohnya kisah Nabi Yusuf, a.s. dalam Q.S. Yusuf (12) yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi
Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b. Kisah
yang sedang, seperti kisah Nabi Musa, a.s. dalam Q.S. al-Qaṣaṣ (28), kisah Nabi
Nuh, a.s. dan kaumnya dalam Q.S. Nuh
(71), dan lain-lain. Kisah yang lebih pendek dari kisah yang sedang, seperti
kisah Maryam dalam Q.S. Maryam (19),
kisah Aṣhab al-Kahfi pada Q.S. al-Kahfi
(18), kisah Nabi Adam, a.s. dalam Q.S. al-Baqarah
(2), dan Q.S. Thoha (20), yang
terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
c. Kisah
yang pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya
kisah Nabi Luth, a.s dalam Q.S. al-A’raaf (7), kisah Nabi Ṣalih, a.s.
dalam Q.S. Hud (110), dan lain-lain.
3. Dilihat dari jenisnya
Apabila dilihat dari segi jenisnya, kisah-kisah
dalam Alquran dapat dibagi menjadi tiga macam,[17] yaitu:
a. Kisah
Sejarah (al-qiṣaṣ al-tarikhiyyah), berkisar tentang kisah-kisah sejarah,
seperti para nabi dan rasul.
b. Kisah
perumpamaan (al-qiṣaṣ al-tamṡlsiyah), untuk menerangkan atau memperjelas
suatu pengertian, bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya
perkiraan.
c. Kisah
asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan
fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
Jika dilihat
dari sudut pandang yang lain, kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran pada umumnya mengandung tiga unsur[18]yaitu:
1. Pelaku (al-sakhsiyyat),
kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran tidaklah hanya manusia, seperti dalam
Q.S. al-Naml (27): 23, tetapi juga
ada malaikat, seperti dalam Q.S. Hud
(11): 69-83, Jin dalam Q.S. saba’ (34):12, dan binatang (burung,
semut, dll), dalam Q.S. al-Naml (27): 18-19.
2. Peristiwa (ahdaṡ),
hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan, peristiwa yang dianggap
luar biasa, seperti dalam Q.S. al-Maidah
(5): 110-115, dan peristiwa yang dianggap biasa, seperti dalam Q.S. al-Maidah (5) : 116-118.
3. Dialog (al-hiwar),
seperti dalam Q.S. al-A’raf
(7):11-25, Thaha (20): 9-99.
C.
Karakteristik Qaṣaṣ al-Qur’ān
Secara umum,
Alquran tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan (kronologis)
dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar, tetapi terkadang berbagai
kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah
disebutkan Alquran dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang
didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara
ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan di
antara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan Alquran.
Mereka yang ragu terhadap Alquran sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah
dalam Alquran tidak disusun secara kronologis dan sistematis sehingga lebih
mudah dipahami? Karena hal itu, menurut
mereka dipandang tidak efektif dan efisien.[19]
Menurut Manna
Khalil al-Qattan, bahwa penyajian kisah-kisah dalam Alquran begitu rupa
mengandung beberapa hikmah, yaitu :
1.
Menunjukkan kehebatan mukjizat Alquran.
2. Memberikan
perhatian besar terhadap kisah tersebut untuk menguatkan kesan yang mantap dan
melekat dalam jiwa.
3. Memperlihatkan
adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut.
Kisah dalam
Alquran memberikan faedah yang sangat tinggi dan sekaligus memberikan gambaran
tentang karakteristik kisahnya, yakni
sebagai berikut[20]:
1. Menjelaskan
prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap nabi,
Q.S. Al-Anbiya’ (21) : 25.
2. Meneguhkan
hati Rasulullah dan umatnya dalam menegakkan agama Allah swt. serta menegakkan
kepercayaan orang-orang yang beriman melalui datangnya pertolongan Allah swt.
dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya, Q.S. Hud (11) : 120.
3. Membenarkan
nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka.
4. Memperlihatkan
kebenaran nabi Muhammad saw. dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
5. Membuktikan
kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk, Q.S. Ali Imran (3) : 93
6. Kisah
merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan
memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa, Q.S. Yusuf (12) : 111.
D. Tujuan Qaṣaṣ Al-Qur’ān
Kisah-kisah yang terdapat dalam
Alquran menjadi bukti kuat bagi umat manusia bahwa Alquran sangat sesuai dengan
kondisi mereka, karena sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua, jarang
orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunyai tujuan ganda,
yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan.
Alquran sebagai kitab yang berisi hidayah
mencakup kedua aspek itu, disamping tujuan yang mulia, juga kisah-kisah
tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehingga tak ada
orang yang bosan membaca dan mendengarnya. Sejak dahulu sampai sekarang, telah
berlalu empat belas abad, kisah-kisah Alquran yang diungkapkan dalam Bahasa
Arab itu masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal
bahasa-bahasa lain telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi
dalam berkomunikasi seperti Bahasa Ibrani, Bahasa Latin, dan lain-lain.[21]
Kisah-kisah dalam Alquran bukanlah suatu gubahan yang bernilai sastera
saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkan peristiwa-peristiwa, tetapi
juga merupakan suatu media untuk mewujudkan tujuan yang asli. Kisah-kisah dalam
Alquran secara umum mempunyai tujuan untuk kebenaran dan semata-mata untuk
keagamaan.[22]
Adapun tujuan kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran, seperti yang telah
dikemukakan oleh Muhammad Chirjin[23]adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan
adanya wahyu dan kerasulan.
2.
Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah swt.
3. Menerangkan
bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa.
4. Menerangkan
bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan
kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa.
5. Menerangkan
dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., dengan
agama Nabi Ibrahim, a.s. secara khusus, dan dengan agama-agama Bangsa Israil
pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hugungan
umum antara semua agama.
E. Contoh Kisah
dalam al Qur’an
·
Surat Yusuf
ayat 4-6, tentang mimpi nabi Yusuf AS.
øÎ) tA$s% ß#ßqã ÏmÎ/L{ ÏMt/r'¯»t ÎoTÎ) àM÷r&u ytnr& u|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷r&u Í< úïÏÉf»y ÇÍÈ tA$s% ¢Óo_ç6»t w óÈÝÁø)s? x8$töäâ #n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#rßÅ3usù y7s9 #´øx. ( ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Arßtã ÑúüÎ7B ÇÎÈ y7Ï9ºxx.ur Î;tFøgs y7/u y7ßJÏk=yèãur `ÏB È@Írù's? Ï]Ï%tnF{$# OÏFãur ¼çmtFyJ÷èÏR øn=tã #n?tãur ÉA#uä z>qà)÷èt !$yJx. $yg£Jn@r& #n?tã y7÷uqt/r& `ÏB ã@ö6s% tLìÏdºtö/Î) t,»ptôÎ)ur 4 ¨bÎ) y7/u íOÎ=tæ ÒOÅ3ym ÇÏÈ
4. (ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada
ayahnya: "Wahai ayahku[742], Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas
bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah
kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia."
6. Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk
menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan
disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana
dia Telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu,
(yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
·
Surat Nuh ayat 5-7, tentang
keluhan nabi Nuh AS kepada Allah karena kaumnya yang mau mendengarkan
seruannya.
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) ßNöqtãy ÍGöqs% Wxøs9 #Y$ygtRur ÇÎÈ öNn=sù óOèd÷Ìt üÏä!%tæß wÎ) #Y#tÏù ÇÏÈ ÎoTÎ)ur $yJ¯=à2 öNßgè?öqtãy tÏÿøótGÏ9 óOßgs9 (#þqè=yèy_ ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû öNÍkÍX#s#uä (#öqt±øótGó$#ur öNåku5$uÏO (#r|Àr&ur (#rçy9õ3tFó$#ur #Y$t6õ3ÏGó$# ÇÐÈ
5. Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya
Aku Telah menyeru kaumku malam dan siang,
6. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka
lari (dari kebenaran).
7. Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru
mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari
mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
Demikianlah
beberapa contoh kisah dalam al Qur’an yang mana itu semua menjadi sebuah
pelajaran yang amat penting bagi kita dalam menjalanai hidup ini juga sebagai
hamba Allah Swt yang bertaqwa.
Untuk
lebih jelasnya lagi, penulis berusaha menjabarkan kisah-kisah pada al Qur’an
yang dimuat pada lampiram makalah ini.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pada uraian-uraian di atas, maka
dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut :
1. Bahwa yang dimaksud dengan Qaṣaṣ
al-Qur’ān adalah kisah-kisah dalam Alquran tentang kejadian dimasa
lampau yang bersisi pesan-pesan kepada umat manusia untuk senantisa bertakwah
kepada Allah swt.
2. Bahwa
macam-macam kisah dalam Alquran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Dilihat dari
segi pelaku, terdiri dari ; 1) kisah para Nabi; 2) kisah-kisah yang berhubungan
dengan kejadian masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan
kenabiaannya; 3) kisah-kisah tentng
kejadian pada masa Rasulullah saw.
b. Dilihat dari
panjang pendeknya, terbagi menjadi ; 1)
Panjang; 2) Sedang; 3) Pendek.
c. Dilihat dari
segi jenisnya, dibagi menjadi ; 1) kisah sejarah (al-Qiṣaṣ al-Tarikhiyyah); 2) kisah perumpamaan (al-Qiṣaṣ
al-Amṡaliyyah); 3) kisah
Asatir.
3. Bahwa
karakteristik Qaṣaṣ al-Qur’ān yaitu dengan cara pengulangan kisah
dibeberapa tempat, ada pula sebuah kisah disebutkan dalam Alquran dikemukakan
dalam bentuk yang berbeda, disuatu tempat ada bagian yang didahulukan dan
ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan
kadang secara panjang lebar. Penyajian kisah-kisah dalam Alquran seperti itu
mengandung hikmah dan faedah yang sangat tinggi.
4. Bahwa
tujuan dari kisah-kisah Alquran adalah supaya umat manusia bisa mengambil pelajaran
berharga dari kisah tersebut dan membuktikan kebenaran Alquran.
B. Saran-saran
Setelah menguraikan permasalahan
demi permasalahan, maka penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan
yang terdapat dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
dalam pembasannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna.
Ayat-ayat
Alquran yang memuat kisah-kisah, dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Ishfahani,
Al-Raghib, al-mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Muhammad Sayyid Kaylani,
Mesir: musthafa al-Bab al-Halab,t.t.
Al-Qattan,
Manna khalil, Mahabis fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Asr al-Haidis,
1973.
Anwar, Rosihon,
Ilmu Tafsir, Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006
Baidan,
Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Basri, Hasan, Horizon
Al-Qur’an, dari judul asli Lea grands themes du Coran oleh Jasques
Jomies Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2002
Chitjin,
Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998.
Departemen
Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Semarang : PT. Tanjung Mas Inti, 1992
Hanafi, Segi-Segi
Kesusesteraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1984.
Husayn, Muhammad al-Khidr, Balaghat
Al_Qur’an, Ali al-Ridha al-Tunisi, 1971.
Ibrahim,
Muhammad Ismail, Mu’jam al-Alfazh wa A’lam al-quraniyyat, Dar
al-Fikr-al-a’rabi, 1969
Poewarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Qutb, Sayyid, Seni
Penggambaran dalam Al-Qur’an, terjemah Chadidjah Nasution; Yogyakarta: Nur
Cahaya, 1981.
Lampiran
Daftar ayat-ayat Al-Qur’ān yang memuat kisah-kisah
1.
Al-Baqarah (2): Adam diajari
benda-benda:31, Adam digoda Setan: 36, Adam dikeluarkan dari Surga:36, Fir’aun
dan pengikutnya ditenggelamkan: 50, Kekejaman Fir’aun terhadap Bani Iarail: 49,
Iblis menggoda Adam: 36, Ibrahim berdebat dengan raja:258, Ibrahim mendirikan
Baitullah dengan Ismail:127, Israil dan Jalut: 249, Israil melanggar aturan
hari Sabtu: 65, Israil meminta Musa memperlihatkan Tuhan: 55, Daud membunuh
Jalut: 251, Harut dan Marut: 102, Nabi Musa menyeberangi laut: 50, Kaum nabi
Musa: 50.
2.
Ali Imran (3): Istri Imran
menadzarkan anaknya kepada Tuhan:35, Maryam menerima kabar kehadiran Isa:
45-49, Perang Badar dan Uhud: 121-127.
3.
Al-Nisa (4): Israil meminta
Musa memperlihatkan Tuhan: 153, Nabi Musa berbicara langsung pada Tuhan: 164,
Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi: 153.
4.
Al-Maidah (5): Habil dan
pembunuh pertama: 27-31, Isa:110-115, Irail enggan memasuki Palestina: 20-26,
israil melanggar aturan hari Sabtu: 69, Tuhan mengambil perjanjian dengan anak
Israil yang dua belas: 12, Qabil membunuh saudaranya: 30.
5.
Al-A’rāf (7): Adam digoda
setan: 22, Percakapan Musa dengan Fir’aun: 104-105, Iblis diusir dari surge:
13-18, Iblis menggoda Adam: 20-22, Luth: 80-84, Nabi Musa berbicara langsung
dengan Tuhan: 144, Tongkat nabi Musa berubah jadi ular: 107, Nuh: 59-64, Kaum
nabi Musa menyembelih anak sapi: 148.
6.
Al-Anfāl (8): Pembetalan
perjanjian dengan musyrikin: 58
7. Al-Taubah (9): Kaum Ad: 70, Perang
Hunain: 25-59, Tabuk: 38-43, Pembatalan perjanjian dengan musyrikin: 12.
8. Yunus (10): Kekejaman Fir’aun
terhadapa Bani Israil: 83, Nabi Musa menyeberangi laut: 90, Nuh: 71-74.
9. Hud (11): Kaum Ad’: 50,53,59,60,
Hujan batu yang menimpa kaum Luth: 82, Kisah Ibrahim didatangi tamu Malaikat:
69-76, Ibrahim menerima berita kelahiran Ishak: 71, Nabi Nuh diperintahkan bawa
sepasang untuk setiap jenis binatang ke dalam bahteranya: 40, Nuh: 25-48,
Tempat berlabuh perahu nabi Nuh: 44, Puteri nabi Nuh: 78-79.
10.
Yusuf (12): Zulaikha menggoda
Yusuf: 26, 30, 32, 51, Nabi Yusuf dipenjarakan: 35.
11.
Al-Rad
(13): Kisah nabi Yusuf dan Zulaikha: 33.
12.
Ibrahim (14): Kaum ‘Ad: 9.
13.
Al-Hijr (15): Hujan batu yang
menimpah kaum Luth: 74, Kisah Ibrahim didatangi tamu malaikat: 51-58, Jin
dikeluarkan dari surge: 34, Luth: 59-76, Puteri nabi Luth: 71.
14.
Al-Isra’ (17): Penghancuran
Baitul Maqdis oleh Babilonia: 5, Penghancuran Baitul Maqdis oleh Romawi: 7,
Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 103, Israil diperintahkan mendiami
suatu negeri: 104, Isra’:1.
15.
Al-Kahfi (18): Khidil membetulkan dinding rumah: 77, Khidil membocorkan
perahu: 71, Khidir membunuh seorang pemuda: 74, Nabi Musa bertemu dengan
Khidir: 60-82.
16.
Maryam (19): Maryam membawa
Isa kepada kaumnya: 27, Maryam melahirkan Isa: 23-26.
17.
Thaha (20): Adam digoda setan: 120-121, Adam dikeluarkan dari surga:
123, Percakapan Musa dengan Fir’aun :5-58, Percakapan Musa dengan tukang sihir:
64-67, Nabi Musa hijrah ke Madyan: 40, Tongkat nabi Musa menjadi ular:20, Kaum
nabi Musa menyembelih anak sapi:88.
18.
Al-Anbiya (21): Ibrahim
dibakar: 69-70, Ibrahim menghancurkan berhala: 57-67.
19.
Al-Hajj (22): Kaum Ad: 42,
Tuhan menyiksa orang-orang yang berbuat kejahatan di Masjidil Haram: 25.
20.
Al-Mu’minun ( 23): Nabi Nuh
diperintahkan membawa sepasang untuk tiap jenis hewan dalam bahteranya: 27,
Nuh: 23-29.
21.
Al-Nur (24): Fitnah terhadap
istri nabi Muhammad: 11-15.
22.
Al-Furqan (25): Kaum Ad: 38,
Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 40, Negeri Sodom: 40, Penduduk Rass yang
dibinasakan Tuhan: 38.
23.
Al-Syura (26): Kaum Ad: 123,
Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 66, Musa an Fir’aun menyeberangi laut:
61-68, Kisah Hud dan kaum ‘Ad: 123-139, Hujan batu yang menimpah kaum Luth:
173, Luth: 167-173, Nuh: 105-120.
24.
Al-Naml (27): Pembicaraan
burung-burung hud dengan nabi Sulaiman: 20-2, Hujan batu yang menimpah kaum
Luth: 58, Jin Ifrit membawa singgasana Ratu Balqis: 39, Tongkat Nabi Musa
menjadi ular: 31.
25.
Al-Qashash (28): Kekejaman
Fir’aun terhadap Bani Israil:4, Kesombongan Qarun: 78, Qarun memiliki kunci
harta yang berat:76, Nabi Musa dibuang ke sungai: 7, Nabi Musa hijrah ke
Madyan: 22, Tongkat Nabi Musa menjadi ular: 31.
26.
Al-Ankabut (29): Kaum Ad: 38,
Ibrahim dibakar: 24, Cobaan terhadap Nabi Luth: 28, Negeri Sodom: 31.
27.
Luqman (31): Nasihat Luqman
kepada anaknya: 13.
28.
Al-Ahzab (33): Umat Islam
berperang dengan Bani Quraiṣah: 26, 27.
29.
Saba’ (34): Negeri Saba’:15, Rayap: 14.
30.
Al-Ṣafat (37): Ibrahim
menghancurkan berhala: 93, Ibrahim menyembelih Ismail: 102-103, Ibrahim
menerima berita kelahiran Ishak: 112-113.
31.
Shād (38): Kaum ‘Ad:12, Nabi
Ayyub diperintahkan hijrah: 41, Cobaan terhadap Nabi Daud: 42, Iblis diusir
dari surga: 17, 21, 22, 23, 26, 27.
32.
Al-Mu’min ( 40): Kaum ‘Ad: 31,
Fir’aun bertekad membunuh Nabi Musa: 26.
33.
Fushilat (41): Kaum ‘Ad: 15.
34.
Al-Zukhruf (43): Pengaruh
Fir’aun: 54.
35.
Al-Dukhan (44): Nabi Musa
menyeberangi laut: 24.
36.
Al-Ahkaf (46): Kaum ‘Ad:21
37.
Al-Fath (48): Hudaybiah: 18,
24.
38.
Qāf (50): Kaum Ad: 13,
Penduduk Rass dibinasakan oleh Tuhan: 12.
39.
Al-Zariyat (51): Kaum ‘Ad: 51,
Kisah Ibrahim bertemu malaikat :24-29, Ibrahim menerima kehadiran Ishak: 28.
40.
Al-Najm (53): Kaum
‘Ad:50, Nabi Muhammad bertemu dengan
Jibril dalam bentuk asli: 6, 13, Nabi Muahammad melihat Jibril di Sidratul
Muntaha:13-14
41.
Al-Qamar (54): Kaum ‘Ad:
18,19,20, Kehancuran Fir’aun: 41-41, Kehancuran kaum Luth: 33-40, Kehancuran
kaum Nuh: 9-16, Kehancuran kaum Tsamud:23-32.
42.
Al-Hasyr (59): Pengusiran
orang Yahudi dari Madinah: 2-5.
43. Al-Tahrim (66): Istri Luth yang
berkhianat: 10, Kehidupan Nabi Muhammad dengan istrinya: 1-6.
44.
Nuh (71): Azab yang ditimpakan kepada kaum Nuh: 25, Nabi Nuh menyeru kaumnya: 2-4.
45.
Abasa (80): Teguran kepada
Nabi Muhammad karena bermuka masam: 1-10.
46.
Al-Takwīr (81): Nabi Muhammad
melihat malaikat jibril di ufuk terang: 23.
47.
Al-Fajr (89): Kaum ‘Ad: 6.
[3]Muhammad Ismail
Ibrahim, Mu’jam al-Alfazh wa Alam al-Qur’anniya (t.tp.: Dar
al-Fikr-al’Arabi,1969), h.140
[5]Departemen Agama
RI Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Semarang : PT. Tanjung Mas Inti, 1992), h. 99h. 454
[9]Al-Raghib al
Isfahani, al Mufradat Fi Gharit al Qur’an, ed. Muhammad Sayyid Kailani,
(Mesir: Mustafa al Bab al Halabih), t.t.,h. 404
[12]Hasan Basri,
Horizon al Qur’an, dari judul asli Les Grens Themes Du Coran
oleh Jacquis Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-Qur’an Pase,
2002), h. 80
[16]Hanafi, Segi-segi
Kesusesteraan pada Kisah-kisah al Qur’an (Jakarta: Pustaka al Husna, 1984), h. 1516
[22] Sayyid Qutb, Seni Penggambaran dalam al-Qur’an, Terjemah Khadijah Nasution
(Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981), h. 138.
No comments:
Post a Comment