BAB I
PENDAHULUAN
Awalnya
filsafat hanya terfokus pada kajian filsafat alam dan filsafat manusia. Tetapi
seiringnya waktu berjalan, saat ini kajian filsafat tidak hanya terfokus dalam
filsafat alam dan filsafat manusia saja tetapi filsafar kebudayaan, filsafat
bahasa bahkan filsafat ilmu pengetahuan.
Filsafat
Ilmu Pengetahuan adalah salah satu cabang dari filsafat yang sudah diminati
sekitar abad ke-17, namun semenjak abad ke-20 filsafat ilmu pengetahuan telah
mengalami perkembangan yang besar, sehingga sebagian orang tidak sanggup
mengikuti arus perkembangannya karena beragamnya jurusan. Saat ini sudah ada
sekitar 230 jurusan. Awalnya ilmu hanya ada dua yaitu ilmu alam dan ilmu
sosial. Tetapi sudah berkembang pesat terutama ilmu alam. Semakin banyak jurusan
maka semakin spesifik keilmuan saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedudukan
Filsafat Ilmu Pengetahuan Dalam Sistematika Filsafat
Sebelum menjelaskan kedudukan
filsafat ilmu pengetahuan dalam sistematika filsafat, pengertian ataupun
definisi filsafat haruslah dipahami terlebih dahulu. Kata filsafat (philosophia) terdiri atas kata philein yang berarti “cinta” dan sophia yang berarti “kebijaksanaan”,
sehingga secara etimologi filsafat berarti “cinta kebijaksanaan” dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Sedangkan secara terminologi filsafat dapat diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya
mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat
dari suatu fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu
adalah sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu.
Ada/being merupakan implikasi dasar. Jadi segala sesuatu yang mempunyai
kualitas tertentu pasti dia adalah being. Filsafat mempunyai tujuan untuk
membicarakan keberadaan. Jadi, filsafat membahas lapisan yang terakhir dari
segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling dasar.[1]
Selanjutnya mengenai filsafat ilmu, Perlu diketahui bahwa Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dibagi
menjadi dua jenis yaitu pengetahuan yang berasal dari diri manusia itu sendiri
dan pengetahuan yang berasal dari luar manusia atau biasa disebut dengan wahyu.
Teradapat tiga kategori pengetahuan yaitu :
·
Pengetahuan indera adalah kemampuan manusia
yang dapat melihat, mendengar, peka terhadap sentuhan, dapat mencium sesuatu
dan dapat merasakan rasa itu merupakan pemikiran langsung yang bertumpu pada
panca indera dan batasnya sampai kepada segala sesuatu yang tidak terperangkap
oleh panca indera.
·
Pengetahuan ilmu adalah manusia berpikir
kemudian hasil pemikirannya dilakukan eksperimen. Setelah itu dilakukan dengan
sistematika dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannyayang bertumpu pada
kegiatan otak dan tangan dan batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian.
·
Pengetahuan filsafat adalah manusia memikirkan
segala sesuatu secara sistematika, radikal dan universal bertumpu pada otak
saja dan batasnya adalah batas alam, namun manusia mencoba memikirkan diluar
alam yaitu agama Tuhan.[2]
Selanjutnya mengenai filsafat ilmu,
filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan serta kedudukannya dalam
sistematika filsafat. Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu
adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.[3]
Sedangkan filsafat pengetahuan (epistemologi) adalah cabang filsafat yang
membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula,
bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi, yang bersama-sama
membentuk pengetahuan manusia.[4]
Filsafat pengetahuan bertugas untuk menyoroti gejala pengetahuan manusia
berdasarkan sudut sebab musabab pertama.[5]
Seperti pokok pembahasannya apa
pengetahuan itu benar, dapat dipercaya, tidak berubah- ubah ataupun berkembang,
jika pengetahuan berkembang seperti apa perkembangan pengetahuan itu sendiri,
jika pengetahuan itu benar apa yang bukti bahwa pengetahuan itu benar, jika
pengetahuan itu dapat dipercaya apa sebab pengetahuan itu dapat dipercaya, jika
pengetahuan tidak berubah- ubah apa penyebab itu terjadi.
Gejala pengetahuan tersebut dapat
dilihat sebagai objek material filsafat pengetahuan, yang masih dapat dibagi
lagi lebih lanjut menjadi filsafat pengetahuan secara umum yang mempelajari
pokok-pokok bahasan umum dan filsafat ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala
ilmu-ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang pengetahuan khas menurut sebab musabab terakhir.[6]
Apa
yang disebutkan diatas merupakan gejala pengetahuan yang dapat dilihat sebagai
objek material filsafat pengetahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan dapat diartikan
sebagai pengetahuan yang diatur berdasarkan sistematika dengan langkah- langkah
pencapaiannya serta dapat dipertanggung jawabkan secara benar dan teoritis.
Ilmu pengetahuan terbagi atas ilmu alam dan ilmu kemanusiaan. Sedangkan
filsafat ilmu pengetahuan dibedakan menurut bidang ilmu pengetahuan yang
disoroti dan melihat dari hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
B.
Pemahaman
Tentang Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu
manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek tertentu.[7]
Pengetahuan itu sendiri berlangsung dalam dua bentuk dasar berbeda. Bentuk yang
satu ialah mengetahui demi mengetahui saja dan untuk menikmati pengetahuan itu
demi memuaskan hati manusia. Sedangkan bentuk lainnya ialah pengetahuan untuk
digunakan dan diterapkan, misalnya untuk melindungi dan membela diri,
memperbaiki tempat tinggal, mempermudah
pekerjaannya, memperlancar hubungan orang satu sama lain, mencegah bencana,
meningkatkan kesehatan dan lain sebagainya.[8]
Ilmu pengetahuan
diambil dari kata bahasa Inggris science,
yang berasal dari bahasa Latin scientia
dari bentuk kata kerja scire yang
berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu
mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
Dalam bahasa Jerman wissenschaft. The
Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang
mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional
empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.[9] Untuk
menerangkan kekhususan ilmu pengetahuan dibandingkan dengan pengetahuan pada
umumnya, kita bertitik pangkal pada gejala “kesadaran akan pengetahuan” yang
terdapat dalam setiap tindakan pengetahuan itu sendiri secara tersirat. Apabila
unsur tersirat itu diucapkan menjadi tersurat, maka terjadilah apa yang disebut
refleksi. Berkat refleksi, pengetahuan yang semula langsung dan spontan, memang
kehilangan kelangsungan dan spontanitasnya, tetapi serentak pengetahuan itu
mulai cocok untuk diatur secara sistematis sedemikian rupa sehingga isinya
dapat dipertanggungjawabkan. Itulah kiranya yang terjadi dalam pembentukan ilmu
pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada, yang dikumpulkan lalu
diatur dan disusun. Diharapkan, bahwa apa yang tadinya sudah diketahui secara
umum, dalam ilmu pengetahuan akan diketahui dengan lebih masuk akal. Jika
dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya, jelaslah bahwa hasil pengetahuan
semakin mengorbankan sifat konkret pengetahuan langsung demi semakin nampaknya
suatu susunan menyeluruh yang bersifat abstrak.[10]
C.
Filsafat
Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, filsafat pengetahuan (epistemologi) adalah cabang filsafat yang
membahas tentang pengetahuan sedangkan filsafat ilmu pengetahuan adalah bagian
dari filsafat pengetahuan yang mempelajari gejala ilmu-ilmu pengetahuan sebagai
salah satu bidang pengetahuan khas
menurut sebab musabab terakhir. Filsafat pengetahuan memeriksa sebab musabab
dengan bertitik tolak pada gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat ini menggali faham tentang “kebenaran”, “kepastian”, dan
tahap-tahapnya, “objektivitas”, “abstraksi”, “intuisi” dan juga pertanyaan
mengenai “darimana asalnya dan kemanakah arah pengetahuan”.
Filsafat ilmu pengetahuan tentu
saja juga membicarakan semua itu. Namun, karena sudah meneliti dan membicarakan
sebab musabab pertama, filsafat ilmu pengetahuan dalam hal ini tidak dapat menambah
sesuatu yang baru lagi. Akan tetapi, karena semua pokok itu perlu disoroti
dalam rangka filsafat ilmu pengetahuan, maka lebih dulu secara terinci akan
kita lihat kekhususan ilmu pengetahuan kalau dibandingkan dengan gejala
pengetahuan secara umum. Padahal perbedaan itu terletak pada sifat teratur dan
sistematis yang nampak dalam ilmu pengetahuan agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara teoritis dan reflektif. Dengan kata lain, cara
kerja atau metode ilmu pengetahuanlah yang menjadi ciri ilmu, kalau
dibandingkan dengan pengetahuan sehari-hari.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Pengetahuan dapat diperoleh melalui
berbagai hal diantaranya melalui panca indera. Pengetahuan dapat dikembangkan
menjadi sebuah ilmu jika pengetahuan itu dapat diteliti, sistematis, dan dapat
diuji kebenarannya secara teoritis. Manusia sebagai makhluk yang bisa berpikir
harus bangga terhadap hasil karyanya karena manusia bisa menciptakan ilmu. Ilmu
telah mampu menguasai alam dan juga membantu sesama manusia. Tetapi ilmu dan
teknologi sudah disalahgunakan. Karena ilmu dan teknologi telah menguasai alam,
manusia serakah terhadap alam, mengeksploitasi alam, mementingkan kepentingan
manusia tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Terbukti dengan pemanasan
global.
Seharusnya kita sebagai manusia
harus bisa mempergunakan ilmu dan teknologi dengan sebaik- baiknya. Agar bisa
menghargai alam bukan hanya menguasai alam semesta.
DAFTAR
PUSTAKA
C. Verhaak dan R. Haryono Imam.
1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:PT Gramedia.
Dr. Anton Bakker dan Drs. Achmad
Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Prof. I.R. Poedjawijatna. 2002. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sidi Gazalba. 1990. Sistematika
Filsafat. Jakarta : PT Bulan Bintang.
[1]
Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.IV, h. 3-6
[2]
Sidi Gazalba. 1990. Sistematika
Filsafat. Jakarta : PT Bulan Bintang. hlm 4-8 Sidi Gazalba. 1990. Sistematika
Filsafat. Jakarta : PT Bulan Bintang. hlm 4-8
[3]
Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.III, h. 64
[4]
Drs. A. Susanto, Filsafat Ilmu,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet.II, h. 136
[5]
C. Verhaak dan R. Haryono Imam. 1989.
Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:PT Gramedia. hlm 3
[6]
C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat
Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: 1991), Cet.II, h. 3
[7]
Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.III, h. 62
[8]
C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat
Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: 1991), Cet.II, h. 4
[9]
Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.III, h. 62
[10]
C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat
Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: 1991), Cet.II, h. 8
[11]
Ibid, h. 12-13